Jumat, 29 Maret 2013 | By: Wulan Suci Pamungkas

Kesendirian Ini


Sendiri dan sepi
Bagai bulan tanpa bintang
Bagai canda tanpa tawa

Begitu ramai tapi tak bersuara
Begitu gemuruh hingga tak terdengar
Hanya angin setia menemani

Letih, lagi dan lagi
Kesunyian ini kembali menyerang
Datang tanpa kata

Hidup ini kelabu
Memantulkan cahaya suram
Gelap dan sunyi

Lelah kudengar alunan musik
Yang hanya melantunkan dendang kepedihan
Perih dan sakit

Lebih baik ku sendiri
Bagai insan menunggu kematiannya
Tak ingin lagi beramai-ramai tetapi terasa tak ada
Sabtu, 23 Maret 2013 | By: Wulan Suci Pamungkas

Aku disini sendiri
Menunggu ajal menjemput
Menjemput jiwa yang telah mati akan cinta

Aku berdiri sendiri
Di depan lorong kematian ini
Bagai seorang insan yang menantang kematian

Gelap, tiada secercah cahaya
Pucat, bagaikan bulan purnana
Kehidupan tiada warna, kelam

Sendiri, merenung
Menatap dengan pandangan hampa
Kosong tiada harapan

Aku bersandar pada sebuah sebuah pohon tanpa bunga
Daun berguguran diterpa angin
Aku terdiam dan kembali merenung

Lelah aku melangkah
Berjalan tanpa arah
Terkadang ku berlari namun lebih sering terjatuh

Raga ini lemah
Tak berdaya menopang kehidupan
Berat tak tertahan

Ku coba untuk terus berlari
Menuju hutan tak berpenghuni
Menuju pantai tanpa hembusan angin

Berteriak bagaikan orang bodoh
Menatap kembali ke depan
Menyaksikan kejamnya dunia

Aku masih tetap berlari dan berteriak
Bagaikan insan tanpa jiwa
Masih sering terjatuh

Tersadar akan ajal itu
Ku coba bangkit tanpa kata
Ku coba bangun dengan sadarku

Menyongsong hari esok
Dengan senyuman, tertawa, dan tangisan
Mencoba membentuk harapan yang nyaris hilang

Wahai jiwa yang kosong dengarlah ini
Aku akan bangkit dan mengisi kekosongan itu dengan harapan
Walau ku tahu semakin dekat ajal itu meneriakkan namaku
Selasa, 19 Maret 2013 | By: Wulan Suci Pamungkas

Sheila on Seven - Jalan Keluar

Em          Am
Sepucat bulan purnama
D                G
Segelap malam tergelap
Em               Am
Kau biarkan ku mencari
D                                                 C
Hatimu yang tak akan pernah kau beri

Em              Am
Sedalam palung lautan
D                G
Sedalam jurang hatimu
Em                    Am
Kau biarkan ku jatuh tanpa ujung
D                                           C
Lepaskan sayapku yang terpasung

[chorus]
G          Em     Am       D
Jika memang tiada harapan
Bm                    Em            Am    D   C
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu
G          Em           Am         D
Jika memang tak akan bersanding
Bm                     Em    Am      D     C
Tunjukkan jalan keluar dari hatimu






Sabtu, 16 Maret 2013 | By: Wulan Suci Pamungkas

Maret


Bulan Maret itu penuh dengan kejutan dari Sang Illahi.
Duka maupun suka.

Duka itu terasa dalam keluarga ini.
Tidak setiap Maret tetapi nyaris terjadi hampir pada bulan ini.
Tahun ini, ya tahun ini terjadi lagi.
Rasa dimana keluarga ini berduka atas sebuah kehilangan.
Tepatnya tanggal 24 Pebruari 2013, kakek pergi menghadap Sang Illahi.
Lebih sesak saat disadari bahwa 2 minggu kemudian merupakan peringatan 1 tahun wafatnya nenek tepatnya tanggal 9 Maret 2013.
Masih berita duka.
Saat aku teringat kejadian 7 tahun lalu ketika nenek pergi pada tanggal 14 Maret 2006.
Tepat sehari setelah usiaku genap 13 tahun.
Dua minggu kemudian kakek menyusul untuk menghadap Sang Illahi.
Kini aku tidak memiliki kakek dan nenek lagi, baik dari ibu maupun ayahku.
Tetapi, betapa bersyukurnya diri ini memiliki mereka.
Tanpa mereka aku tidak pernah ada di dunia ini, tentunya dengan takdir Yang Maha Kuasa.
Sempat terlintas dibenakku membenci Maret.
Sesak, tapi itu bukan alasan untuk membencinya, bukan.
Karena setiap yang hidup pasti akan kembali pada Sang Pencipta.

Dalam sebuah dongeng dibalik kisah sedih pasti ada kisah bahagia.
Hal itu pasti terjadi dalam kehidupan.
Maret.
Ketika setiap bulan ini aku menanti bertambahnya usia.
Itu artinya usiaku juga semakin menipis di dunia ini.
Bahagia itu terasa begitu sederhana.
Teman, sahabat, keluarga.
Hal itulah yang membuat diri ini selalu bersyukur.
Karena mereka, ya karena mereka aku tetap bertahan disini.
Bertahan dengan kebahagiaan.
Terdengar berlebihan, tetapi itu lah kesederhanaan kebahagiaanku.

Terima kasih untuk kalian teman, sahabat, keluarga.
Tanpa kalian, kisah sederhana itu tidak akan terjadi.
Dan terima kasih kepada mereka yang telah mendahuluiku.
Tanpa kalian, aku takkan pernah ada.
Ku titipkan doa dan rindu ini selalu untuk mereka.
Baik yang telah pergi maupun mereka yang masih setia disampingku memberikan kebahagiaan.